Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 28 April 2014

Faktor Dan Proses Pembentukan Tanah


Syarat utama terbentuknya tanah ada dua yaitu: (1)tersedianya bahan asal atau batuan induk, (2)adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk (Jenny,1941)
Bahan induk tanah berbeda dengan batuan induk. Bahan induk tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan induk. Bahan induk bersifat lepas-lepas sementara batuan induk bersifat padu. Faktor-faktor yang bekerja setlah pelonggokan bahan induk tanah dapat dikelompokkan menjadi faktor aktif dan faktot pasif. Faktor aktif dalam pembentukan tanah adalah iklim dan organisme tanah. Faktor pembentuk tanah pasif adalah relief (bentuklahan), bahan induk, dan waktu.
Jenny (1941) memformulasikan faktor pembentuk tanah ke dalam sebuah formula matematis sebagai berikut:
S= f (C, O, P, R, T.....)
S= Tanah(soil)
f= fungsi(functions)
C= iklim(climate)
O=organisme(organism)
P=Batuan Induk Tanah (Soil Parent Materials)
R=Bentuklahan(Relief)
T=Waktu(Time)
....=fator lokal yang tidak terdefinisikan secara spesifik

Faktor lokal yang paling utama adalah peganruh aktivitas manusia, bahkan Dudal (2004) menyampaikan bahwa manusia sebagai faktor pembentuk tanah yang keenam. Berbagai aktivitas manusia dapat meyebabkan perubahan-perubahan di dalam tubuh tanah.
Manusia juga termasuk faktor pembentuk tanah, tanpa disebutkan manusia berperan penting dalam pembentukan tanah. Aktivitas penambangan bijih mineral secara terbuka jelas-jelas menyingkirkan tanah penutup permukaan dan menguak batuan dasar sehingga perkembangan tanah mulai dari titik awal lagi, aktivitas manusia dalam penanaman pohon, dan sebagainya berdampak positif serta negatif terhadap pembentukan tanah.

Faktor-Faktor Pembentuk Tanah
a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
b. Organisme (Vegetasi dan Jasad Renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah, antara lain sebagai berikut:
  1. Membantu proses pelapukan khususnya pelapukan organik. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik (mikroorganisme) yang terdapat di dalam tanah.
  2. Jenis vegetasi berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak memiliki kandungan bahan organik. 
  3. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman ber pengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Misalnya, jenis cemara akan memberi unsurunsur kimia, seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat kea samannya akan lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan induk akan hancur menjadi bahan induk, mengalami pelapukan, dan menjadi tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk yang masih terlihat, seperti tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan mem bentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari penyucian asam silikat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
d. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain sebagai berikut.
Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya menjadi lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi proses sedimentasi.
Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang drainasenya jelek sering tergenang air. Keadaan ini akan menyebabkan tanahnya menjadi asam.
e. Waktu
Tanah merupakan benda yang terdapat di alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan penyucian yang terjadi terus menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara akan habis karena mengalami pelapukan sehingga yang tertinggal adalah mineral yang sukar lapuk, seperti kuarsa. Akibat proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka induk tanah berubah ber turut-turut menjadi muda, tanah dewasa, dan tanah tua. 
Tanah muda ditandai oleh adanya proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol.
Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Misalnya, tanah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua ditandai oleh proses pembentukan tanah yang berlangsung terus-menerus sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horizon A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memer lukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.

Bagaimana proses terbentuknya tanah?
Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari batuan induk menjadi lapisan tanah. Pembentukan tanah terjadi karena serangkaian aksi dari faktor-faktor pembentuk tanah  yang berlangsung sangat kompleks.

Proses Pembentukan Tanah:
Pada dasarnya tanah berasal dari batuan dan zat organik yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan dan zat organik menjadi butir-butir tanah disebabkan oleh beberapa faktor:
  1. Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan di malam hari
  2. Pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat organik akan mempercepat terbentuknya batuan
  3. Batuan yang sudah retak, pelapukannya dipercepat oleh air
  4. Binatang-binatang kecil seperti cacing tanah dan rayap akan membuat lubang dan mengeluarkan zat-zat yang dapat menghancurkan batuan 
  5.  Akar tumbuhan yang menerobos batuan hingga hancur
Proses pembentukan tanah di dahului oleh proses penghancuran atau pelapukan batuan induk. Proses pelapukan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.      Pelapukan mekanik (peluruhan)
menghasilkan partikel yang lebih halus, meliputi:
a.       Pembasahan dan pengeringan
b.      Pemanasan dan pendinginan
c.       Pengangkutan dan pengendapan (redistribusi) oleh air, es, dan angin.
d.      Penekanan dan penghilangan tekanan

Ketika terkena sinar matahari, volume batuan mengembang. Ketika terkena air hujan atau penurunan suhu di malam hari, volume batuan mengecil. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, batuan akan retak-retak dan lepas selapis demi selapis. Akhirnya batuan tersebut menjadi hancur dan terlepasnya material dari batuan induk tanpa mengalami perubahan unsur kimia yang dikandungnya disebut pelapukan

2.      Pelapukan kimiawi (dekomposisi)
menghasilkan senyawa baru, meliputi:
a.       Hidrolis
b.      Hidratasi
c.       Karbonasi
d.      Oksidasi
e.       Pelarutan
Pelapukan kimiawi ini terjadi peristiwa hancurnya dan terlepasnya material dari batuan induk disertai perubahan unsur kimia. Perubahan unsur kimia terjadi ketika unsur mineral batuan bereaksi dengan unsur kimia terjadi ketika unsur mineral batuan bereaksi dengan unsur kimia yang berasal dari luar misalnya oksigen atau air.
3.      Pelapukan Organik
Terjadi peristiwa hancurnya atau terlepasnya material dari batuan induk yang disebabkan oleh kegiatan makhluk hidup: vegetasi, hewan, dan manusia. Contoh: akar-akar tumbuhan yang dapat menerobos hingga batuan hancur.

Tahap Pembentukan Tanah
a.      Tahap 1
Permukaan batuan secara langsung berinteraksi dengan atmosfer dan hidrosfer, sehingga meyebabkan permukaan batuan dengan kondisi yang tidak stabil. Akibatnya terjadi pelapukan kimiawi diantaranya proses oksidasi, hidrasi, dsb. Menjadikan permukaan batuan lapuk dengan mengubah struktur dan komposisi kimiawi material batuannya. Dengan membentuk material yang lebih kecil dan lunak dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
b.      Tahap 2
Setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jakur masuknya air dan sirkulasi udara sehingga terjadi pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
c.       Tahap 3
Di lapisan tanah bagian atas muncul tumbuh-tumbuhan, akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan. Dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang mati akan membusuk membentuk humus. Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa asam humus yang ada di lapisan atas
d.      Tahap 4
Tanah menjadi lebih subur, sehingga tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang lebih bear meyebabkan akar-akar tanaman mnjangku lapisan batuan yang lebih dalam. Di tahap ini terjadi proses pencucian yang intensif. Air yang terinfiltasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-mineral yang ada di lapisan ataas dan mengendapkannya pada lapisan dibawahnya. Sehingga terbentuk akumulasi mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu membentuk horizon tanah.


DAFTAR PUSTAKA
Sartohadi, Junun, Indah Sari Dewi, Nur, Jamulya. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Pustaka Pelajar.
http://materi-forever.blogspot.com/2012/05/pembentukan-tanah.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar