Syarat
utama terbentuknya tanah ada dua yaitu: (1)tersedianya bahan asal atau batuan
induk, (2)adanya faktor-faktor yang mempengaruhi bahan induk (Jenny,1941)
Bahan
induk tanah berbeda dengan batuan induk. Bahan induk tanah merupakan bahan
hasil pelapukan batuan induk. Bahan induk bersifat lepas-lepas sementara batuan
induk bersifat padu. Faktor-faktor yang bekerja setlah pelonggokan bahan induk
tanah dapat dikelompokkan menjadi faktor aktif dan faktot pasif. Faktor aktif
dalam pembentukan tanah adalah iklim dan organisme tanah. Faktor pembentuk
tanah pasif adalah relief (bentuklahan), bahan induk, dan waktu.
Jenny
(1941) memformulasikan faktor pembentuk tanah ke dalam sebuah formula matematis
sebagai berikut:
S= f (C, O, P, R, T.....)
S= Tanah(soil)
f= fungsi(functions)
C=
iklim(climate)
O=organisme(organism)
P=Batuan Induk
Tanah (Soil Parent Materials)
R=Bentuklahan(Relief)
T=Waktu(Time)
....=fator lokal
yang tidak terdefinisikan secara spesifik
Faktor
lokal yang paling utama adalah peganruh aktivitas manusia, bahkan Dudal (2004)
menyampaikan bahwa manusia sebagai faktor pembentuk tanah yang keenam. Berbagai
aktivitas manusia dapat meyebabkan perubahan-perubahan di dalam tubuh tanah.
Manusia
juga termasuk faktor pembentuk tanah, tanpa disebutkan manusia berperan penting
dalam pembentukan tanah. Aktivitas penambangan bijih mineral secara terbuka
jelas-jelas menyingkirkan tanah penutup permukaan dan menguak batuan dasar
sehingga perkembangan tanah mulai dari titik awal lagi, aktivitas manusia dalam
penanaman pohon, dan sebagainya berdampak positif serta negatif terhadap
pembentukan tanah.
Faktor-Faktor Pembentuk Tanah
a. Iklim
Unsur-unsur
iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah
hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Jika suhu
tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan
cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian
tanah, sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH
tanah menjadi rendah).
b. Organisme (Vegetasi dan Jasad
Renik)
Organisme
sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah, antara lain sebagai
berikut:
- Membantu proses pelapukan khususnya pelapukan organik. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik (mikroorganisme) yang terdapat di dalam tanah.
- Jenis vegetasi berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak memiliki kandungan bahan organik.
- Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman ber pengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Misalnya, jenis cemara akan memberi unsurunsur kimia, seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat kea samannya akan lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Bahan Induk
Bahan
induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, dan batuan
metamorf. Batuan induk akan hancur menjadi bahan induk, mengalami pelapukan,
dan menjadi tanah.
Tanah
yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat
kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk yang masih terlihat,
seperti tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya
tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas
tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung
unsur Ca akan mem bentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga
dapat menghindari penyucian asam silikat membentuk tanah yang berwarna kelabu.
Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang
warnanya lebih merah.
d. Topografi/Relief
Keadaan
relief suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain sebagai
berikut.
Tebal
atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan topografi miring dan berbukit
lapisan tanahnya menjadi lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang
datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi proses sedimentasi.
Sistem
drainase atau pengaliran. Daerah yang drainasenya jelek sering tergenang air.
Keadaan ini akan menyebabkan tanahnya menjadi asam.
e. Waktu
Tanah
merupakan benda yang terdapat di alam yang terus menerus berubah, akibat
pelapukan dan penyucian yang terjadi terus menerus. Oleh karena itu, tanah akan
menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara akan
habis karena mengalami pelapukan sehingga yang tertinggal adalah mineral yang
sukar lapuk, seperti kuarsa. Akibat proses pembentukan tanah yang terus
berjalan maka induk tanah berubah ber turut-turut menjadi muda, tanah dewasa,
dan tanah tua.
Tanah
muda ditandai oleh adanya proses pembentukan tanah yang masih tampak
pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur
bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol.
Tanah
dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah
menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Misalnya,
tanah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua ditandai oleh proses
pembentukan tanah yang berlangsung terus-menerus sehingga terjadi proses
perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horizon A dan B. Contoh tanah pada
tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya
waktu pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas
seperti abu vulkanik memer lukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda,
dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.
Bagaimana proses terbentuknya
tanah?
Proses
pembentukan tanah adalah perubahan dari batuan induk menjadi lapisan tanah.
Pembentukan tanah terjadi karena serangkaian aksi dari faktor-faktor pembentuk
tanah yang berlangsung sangat kompleks.
Proses Pembentukan Tanah:
Pada
dasarnya tanah berasal dari batuan dan zat organik yang mengalami pelapukan.
Berubahnya batuan dan zat organik menjadi butir-butir tanah disebabkan oleh
beberapa faktor:
- Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan di malam hari
- Pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat organik akan mempercepat terbentuknya batuan
- Batuan yang sudah retak, pelapukannya dipercepat oleh air
- Binatang-binatang kecil seperti cacing tanah dan rayap akan membuat lubang dan mengeluarkan zat-zat yang dapat menghancurkan batuan
- Akar tumbuhan yang menerobos batuan hingga hancur
Proses
pembentukan tanah di dahului oleh proses penghancuran atau pelapukan batuan
induk. Proses pelapukan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Pelapukan mekanik (peluruhan)
menghasilkan
partikel yang lebih halus, meliputi:
a.
Pembasahan dan pengeringan
b.
Pemanasan dan pendinginan
c.
Pengangkutan dan pengendapan
(redistribusi) oleh air, es, dan angin.
d.
Penekanan dan penghilangan tekanan
Ketika terkena sinar matahari,
volume batuan mengembang. Ketika terkena air hujan atau penurunan suhu di malam
hari, volume batuan mengecil. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, batuan
akan retak-retak dan lepas selapis demi selapis. Akhirnya batuan tersebut
menjadi hancur dan terlepasnya material dari batuan induk tanpa mengalami
perubahan unsur kimia yang dikandungnya disebut pelapukan
2. Pelapukan kimiawi (dekomposisi)
menghasilkan
senyawa baru, meliputi:
a.
Hidrolis
b.
Hidratasi
c.
Karbonasi
d.
Oksidasi
e.
Pelarutan
Pelapukan
kimiawi ini terjadi peristiwa hancurnya dan terlepasnya material dari batuan
induk disertai perubahan unsur kimia. Perubahan unsur kimia terjadi ketika
unsur mineral batuan bereaksi dengan unsur kimia terjadi ketika unsur mineral
batuan bereaksi dengan unsur kimia yang berasal dari luar misalnya oksigen atau
air.
3. Pelapukan Organik
Terjadi
peristiwa hancurnya atau terlepasnya material dari batuan induk yang disebabkan
oleh kegiatan makhluk hidup: vegetasi, hewan, dan manusia. Contoh: akar-akar
tumbuhan yang dapat menerobos hingga batuan hancur.
Tahap Pembentukan Tanah
a. Tahap 1
Permukaan
batuan secara langsung berinteraksi dengan atmosfer dan hidrosfer, sehingga
meyebabkan permukaan batuan dengan kondisi yang tidak stabil. Akibatnya terjadi
pelapukan kimiawi diantaranya proses oksidasi, hidrasi, dsb. Menjadikan permukaan
batuan lapuk dengan mengubah struktur dan komposisi kimiawi material batuannya.
Dengan membentuk material yang lebih kecil dan lunak dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya.
b. Tahap 2
Setelah
mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk akan menjadi lebih
lunak. Rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jakur masuknya
air dan sirkulasi udara sehingga terjadi pelapukan pada lapisan batuan yang
lebih dalam lagi.
c. Tahap 3
Di
lapisan tanah bagian atas muncul tumbuh-tumbuhan, akar tumbuhan ini membentuk
rekahan pada lapisan-lapisan batuan. Dengan kehadiran tumbuhan, material sisa
tumbuhan yang mati akan membusuk membentuk humus. Air yang terinfiltrasi ke
dalam lapisan tanah akan membawa asam humus yang ada di lapisan atas
d. Tahap 4
Tanah
menjadi lebih subur, sehingga tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang lebih bear
meyebabkan akar-akar tanaman mnjangku lapisan batuan yang lebih dalam. Di tahap
ini terjadi proses pencucian yang intensif. Air yang terinfiltasi (meresap) ke
dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-mineral yang ada di lapisan ataas
dan mengendapkannya pada lapisan dibawahnya. Sehingga terbentuk akumulasi
mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu membentuk horizon
tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
Sartohadi, Junun, Indah Sari Dewi, Nur, Jamulya. 2012.
Pengantar Geografi Tanah. Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar